Senin, 31 Oktober 2011

Problematika Chap. 5

        Pagi ini aku terbangun pukul 08.27. Cukup siang untuk seorang mahasiswa seperti aku ini, karena biasanya aku bisa bangun pukul 04.00 untuk beribadah sholat subuh. Namun kali ini aku harus sholat subuh pukul 08.45. Ini semua dikarenakan usahaku semalam untuk memahami sebuah kasus sangatlah sulit, ditambah lagi dengan kemampuan menganalisaku yang cukup rendah. Itu membuatku sangat terpuruk dan merasa gagal sebagai mahasiswa dengan sejuta mimpi.Aku terus mencoba mencari jawaban dari setiap pertanyaanku. Terus mencarinya tanpa henti. Dan fisikkupun sampai pada batasnya, pukul 02.10 mataku tak mampu bertahan yang mengharuskanku untuk tidur yang lelap.

        Pasrah bukan jalan keluar yang aku butuhkan, itu merupakan gambaran keputus asaan yang sangat menghina jati diri seorang mahasiswa yang terpelajar dan terhormat. Terlebih lagi sampai mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri. Sungguh malang bagi mereka yang bunuh diri, karena mereka merupakan "makhluk - makhluk" menyedihkan yang menyerah pada suatu masalah yang cukup pelik dan rumit, serta dibumbui situasi dan kondisi yang mencekik, tanpa pernah mencoba menyelesaikannya mereka justru memilih berhenti berpikir dan memilih mengakhiri hidupnya dengan harapan masalah selesai. Pemikiran seperti itu hanya pemikiran orang - orang GOBLOK dan KAFIR, mengapa demikian?? Goblok, mereka tidak menggunakan OTAK untuk terus berpikir mencari jalan keluar terbaik menyelesaikan masalah mereka. Kafir, mereka tidak punya rasa syukur dan keyakinan terhadap Tuhan mereka yang sudah jelas akan memberikan jalan keluar bagi setiap umat-NYA yang memiliki masalah, tentunya dengan cara-NYA yang mustahil bagi manusia untuk diterima dengan logika. Mereka termasuk orang yang tidak pernah memberikan kesempatan pada waktu untuk berjalan sebagaimana mestinya, walaupun pada akhirnya keputusan itu tetap berada di tangan Yang Maha Menguasai.

        Dan akupun memilih terus berjuang daripada mati dalam keadaan putus asa dan tak wajar. Aku memberi kesempatan kepada waktu untuk berjalan semestinya tanpa memiliki niat untuk mengakhirinya dengan cara - cara bodoh. Walaupun pada akhirnya aku gagal dan aku mati dalam kegagalanku, paling tidak aku mati dalam keadaan mencobanya bukan melewatkan, membiarkan, dan menyerah begitu saja karena itu bukan jati diriku dan keluargaku. Aku diajarkan untuk menghadapi masalah yang datang, bukan melarikan diri dari masalah itu. Aku dibesarkan untuk menjadi tahan banting, bukan sebaliknya. Dan hingga saat ini aku mampu bertahan dari semua itu bukan karena aku menyerah, tapi karena aku menghadapinya dengan mengambil keputusan tepat sebagaimana mestinya.

        "Semua masalah pasti ada jalan keluar, walau jalan keluar itu muncul sedikit terlambat. Dan izinkanlah waktu, otak, dan masalah itu bersinkronisasi menjadi sebuah pengalaman berharga untuk menjadi pondasi pribadi yang lebih baik."
By DIMAS

Semarang, 31 Oktober 2011
Ditulis dengan rasa bersalah yang dalam kepada Tuhanku, ALLAH SWT. Karena lalai akan waktuku dan hampir menyerah pada keadaan yang semestinya aku kuasai, bukan sebaliknya.

Minggu, 30 Oktober 2011

Pujaan Hati

Pertama bertemu di persimpangan jalan...
Senyum ramahmu menyapaku pagi hari itu...
Perkenalan singkat membuatku mengingatmu sepanjang hari...

Hari itu membuatku merindu akan pertemuan kita yang pertama...
akupun kembali ke jalan di mana kita bertemu...
menanti... dan terus menanti...
dari hari ke hari...
namun tiada hasil ku temui...

Waktupun terus berlalu...
Hingga hari itu datang...
Kita dipersatukan kembali ditempat dan kondisi yang berbeda...

Bagai petir menyambar di siang hari...
hatiku terkejut...
Sakit...
Bingung...
Hampa...
Bercampur menjadi satu...
saat tahu kau sudah ada yang memiliki...

Keadaanpun memaksaku berbesar hati untuk menerimanya...
Tanpa perlu meneteskan air mata...
Akupun terus menjalani hari tanpa putus asa...

kupilih untuk menunggu...
Dengan perasaan rindu dan harapan...
Datangny kesempatan itu untukku...

Untuk sang pujaan hati...

Dari sang Pujangga... DIMAS...
Dibuat karena diperintah oleh adikku yang mendapat tugas... :)

Sabtu, 29 Oktober 2011

Dia

Awal kuliah kami dipertemukan...
Tanpa malu kuperkenalkan diri...
Bersama sudah menjalani hari...
Hingga 2 tahun terakhir...

Duduk kami berdua...
Mengenang dan berbagi cerita...
Senang... Sedih... dan Suram..
Tawa dan tangispun menghias cerita kami...

Tak terasa malam menjemput...
Kami berpisah di depan gerbang...
Melambai tangan kami berdua...
Melempar senyum dengan keyakinan esok datang dan bertemu kembali...

Semarang, 29 Oktober 2011
Ditulis karena mengingatnya... :)

Jumat, 28 Oktober 2011

Rasa

Rasa merupakan sesuatu yang tidak bisa kita hindari...
Itu semua yang dikatakan oleh 5 indera yang aku miliki...
Termasuk hati yang bukan dalam bentuk fisik...
Semua akan kembali normal ketika sesuatu yang lain dapat mengungkapkan apa yang ingin kita utarakan...
Ketidak sanggupan mengharuskanku untuk mengalah pada apa yang tidak aku ketahui, baik itu wujud maupun hanya sekedar bayangan...


Siapa engkau yang memberanikan diri hingga masuk ke dalam mimpi disetiap tidurku...
Mengapa engkau selalu membayangi setiap langkah kemana kakiku melangkah...
Sampai menemani disetiap kesendirianku...
Lancang... Itu pasti...
Tapi aku tak bisa mengelak...
Kau ciptaanNYA yang luar biasa hebat...
Begitu kompleks sampai aku tak sanggup mengungkapkan...


Yah apa yang aku utarakan, hanya dapat aku tuliskan pada sebuah blog...
Yang hanya diam...
Tanpa pernah tahu maksud dari tulisan - tulisan ini...


Semarang, 28 Oktober 2011
Mengingat kutipan milikku terdahulu, jauh sebelum hal itu kembali kurasakan...
Rasa syukurku hanya untuk-NYA, Allah SWT...
Yang tak pernah lelah dan tidur saat aku membuat sebuah catatan pada blog ini...
Alhamdulillahirabbila'lamin...

Waktu

Bertemu pertama di persimpangan jalan itu...
Saling berkenalan...
Lalu pergi ke arah tujuan awal...
Dengan janji bertemu kembali...

Aku menunggu bertemu kembali denganmu...
Kala semua berjalan...
Maka aku masih di sini menunggu dengan setia...
Tak pernah tahu kapan kita akan bertemu...

Yang kunanti tak pernah datang...
Sampai habis waktu, setiaku tetap menunggu...
Hingga ku putuskan untuk pergi meninggalkan sang waktu...
Dan berjanji tak akan kembali padanya...

Semarang, 28 Oktober 2011
Di sini aku akan menunggu sampai waktu datang kembali kepadaku...
Walau aku putuskan takkan kembali kepadanya....

Kamis, 27 Oktober 2011

Tragedi Chap. 4

     Bahkan untuk menikmati haripun mereka masih menggunakan mood sebagai pembanding. Sadarkah mereka jika orang di luar sana tanpa pernah memikirkan mood mereka, mereka jauh lebih maju dan termotivasi untuk menjadi lebih baik. Menyedihkan ternyata, kali ini konteks kalimat "PENERUS BANGSA BERMENTAL TEMPE" tak lagi hanya sekedar wacana namun mendekati kenyataan yang sempurna.
    
     Andai aku bisa memilih untuk dilahirkan atau tidak dilahirkan, aku pasti lebih memilih dilahirkan. Sayangnya hal itu akan menjadi sulit kuterima karena menghadapi kenyataan sulit, di mana aku hidup dihadapkan dengan persoalan yang tak kumengerti dan ditemani dengan sekumpulan orang - orang yang munafik. Mengapa bisa sampai sedemikian rumit sampai - sampai aku sendiri memiliki pemikiran "APAKAH SAYA LAHIR DIMASA YANG SALAH?? ATAU MASA INI YANG MEMANG TIDAK BISA MENERIMA SAYA??".

     Ya Allah, Ya Tuhanku Yang Maha Mendengar, apa yang salah dengan saya?? apa yang telah saya perbuat?? Sehingga saya merasa menjadi makhluk "terasing" yang pernah ada di dunia ini. Sehingga mereka selalu salah mengartikan arti kehidupan, dan melupakan kematian mereka. Bahkan jati diri mereka sendiripun pasti tak mereka ingat. Sadarkah mereka?? tahukah mereka?? kalau selama ini mereka itu salah. Mereka itu hanya membohongi diri mereka sendiri, itu sebabnya mereka tergolong orang munafik. Mengapa?? Karena mereka sadar mereka berubah, tapi mereka tak mau mengakui perubahan mereka. Atau mungkin mereka sebenarnya ingin berubah, hanya saja mereka malu untuk melakukan perubahan itu sehingga mereka tega membohongi diri mereka sendiri dan menjadi munafik.

     Mengapa hal - hal seperti itu ada?? Jika ada yang menjawab, "itu merupakan hal untuk memberi warna keaneka ragaman pemikiran yang ada di dunia", itu merupakan jawaban ter-GOBLOK yang pernah saya dengar dan sangat di luar logika manusia ( artinya itu jawaban seekor binatang ). Karena itu bukan memberi warna melainkan memberi pandangan jenuh dan keruh untuk generasi selanjutnya.

Semarang, 27 Oktober 2011
Jika karena tulisan ini kalian mengasingkan saya, maka asingkanlah saya,
karena saya juga tidak membutuhkan kemunafikan kalian apa lagi menyerah pada kemunafikan kalian itu... Ambil dan nikmatilah kemunafikan kalian itu sendiri...

Dinamika Perubahan Chap. 3

        Pagi ini saya melihat banyaknya status dari sebuah facebook, yang mana banyak orang menuliskan status apa yang dia rasakan pagi ini bahkan mungkin malam kemarin. Banyak hal - hal yang mereka (sang updater facebook ) ceritakan tentang apa yang mereka alami, rasakan, hingga yang belum terjadi. Sungguh sebuah perkembangan besar bagi dunia teknologi. Jika kita lihat dimasa lampau, di mana masa itu kini sudah menjadi kenangan tersendiri bagi mereka yang mengalaminya. Mereka ( yang mengalami masa lampau ) tak pernah meng-update status mereka ke dalam facebook. Jangankan facebook, sms saja belum ada pada masa itu. Karena teknologi belum berkembang pesat seperti sekarang ini.
        Namun di balik tidak adanya teknologi yang tidak begitu maju pada masa itu, banyak nilai positif yang bisa di ambil. Bisa kita lihat salah satu contoh, masyarakat jauh lebih sering berkomunikasi dengan cara silaturahmi ke rumah - rumah yang ingin didatangi. Bukan dengan telepon maupun ( jika sekarang ini ada teknologi ) teleconference. Mereka jauh lebih memiliki rasa kekeluargaan, daripada masa sekarang yang namanya kekeluargaan itu hanya digembar - gemborkan oleh orang - orang yang tidak tahu makna dari kekeluargaan itu sendiri. Mereka jauh lebih beretika dan jauh lebih beradab dari manusia - manusia yang ada sekarang ini. Selain itu mereka jauh lebih bisa menjaga hubungan dengan teman - temannya, walau mereka tidak menyukai sikap dan tingkah lakunya. Walaupun memang sebagian besar tidak seperti itu, karena itu hanya berlaku untuk sebagian yang lebih besar yang mampu bersifat seperti itu.Tetapi jelas kualitas pemuda dan pemudi pada masa itu jauh lebih baik daripada masa sekarang yang semakin liar.
        Sedih dan ironis memang, itulah dampak dari berkembangnya sebuah teknologi yang terlalu cepat dan disalah artikan oleh orang - orang yang labil. Mereka yang labil tidak pernah tahu dan tidak mau tahu akan apa makna dan manfaat dari perkembangan teknologi berkomunikasi. Semestinya dengan berkembangnya teknologi seperti sekarang ini, orang tua semestinya mampu untuk membantu memberitahu putra - putrinya akan teknologi akan makna dan manfaat dari teknologi tersebut. Bukan hanya sanggup untuk memberikan sebuah teknologi, namun juga diharapkan mampu membina akan manfaat besar yang terdapat di dalam sebuah teknologi.


Semarang, 27 Oktober 2011
Diketik dengan rasa penyesalan yang cukup dalam akan dampak perubahan yang cukup buruk.

Minggu, 23 Oktober 2011

Kumbang

Sayap membawaku... Kemana ku ingin...
Lawan kutemui disetiap tempat ku bersinggah....
Di udara ku bertarung... Bertahan hidup dan menunjukkan bahwa aku sanggup...

Betina datang untuk sang pemenang...
Kalah...
Itu yang harus kuterima...
Karena tidak selamanya hidup itu menang...
Dan sayapkupun kembali membawaku terbang...
Sambil mengingatkan jati diriku yang hanya seekor kumbang...

Aku serangga kecil...
Tubuhku tak sebesar rusa... Tapi hatiku memiliki kemauan dan keberanian yang kuat seperti singa...
Itu yang terus memaksaku untuk bertarung menerima kenyataan...
Walauku tahu... Aku takkan menang...

Akupun kembali terbang... Menanti kemenangan yang tak tahu kapan ia akan datang...

Semarang, Minggu, 23 Oktober 2011
Atas nama Kumbang...

Sabtu, 22 Oktober 2011

Pemahaman Demokrasi chap. 2

      Ini dimulai ketika aku membaca sebuah buku yang menceritakan tentang perjalanan era demokrasi di dunia. Pemahamanku tentang demokrasi memang tidak terlalu banyak. Bahkan aku hanya tahu akan demokrasi melalui pengertian - pengertiannya saja, dan pengertian - pengertian itu terkadang justru membuatku tidak dapat berpikir tenang dan semakin gelisah. Itu semua karena semua orang memiliki pandangan  berbeda tentang demokrasi itu sendiri, dan itu membuat pengertiannya menjadi sangat banyak karena didasari oleh pendapat - pendapat orang - orang yang sebenarnya ingin berkuasa namun tidak ingin mengakuinya.
     Telah banyak buku yang menjelaskan tentang arti besarnya sebuah demokrasi, namun itu semua hanyalah omong kosong belaka karena demokrasi tidaklah benar - benar berjalan dengan semestinya. Banyak pertanyaan mengapa demokrasi saat ini hanya dinilai sebagai omong kosong, itu semua karena di balik demokrasi itu sendiri terdapat permainan bagi para penguasa dan pengikut - pengikutnya yang sangat haus akan kekuasaan. Dan demokrasi itu sendiri merupakan sebuah ide untuk sebuah misi kekuasaan yang dianggap para penguasa merupakan kekuasaan yang mutlak dan tidak terkalahkan, karena mereka akan didukung oleh para pendukung - pendukungnya yang tidak tahu - menahu akan arti demokrasi yang dibawa dan ditunjukan oleh para penguasa. Para pendukung menganggap bahwa penguasa yang mereka dukung adalah raja yang akan memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan, tapi justru sebaliknya penguasa mengharapkan dukungan dari para pendukungnya agar dia mendapatkan kesejahteraan dan kebahagiaan untuk dirinya, keluarga dan golongannya saja, untuk selanjutnya para pendukung itu dijadikan peliharaan oleh para penguasa dan diberikan makanan - makanan berupa doktrin - doktrin kosong agar mereka tetap loyal mendukung para penguasa itu. Menyedihkan dan sangat ironis sekali, karena hal itulah kenyataan yang harus diterima. Jauh lebih menyedihkan lagi untuk para penguasa, karena mereka penjilat yang jelas tidak memiliki moral sebab mereka menjilat masyarakat awam untuk memilih dan mendukung mereka agar dapat berkuasa. Sadis, brutal, dan tidak beradab, itulah sebagian kecil tentang penguasa. Di sini aku hanya menceritakan penguasa yang ada di dunia bukan pemimpin dunia, dan menjelaskan bahwa penguasa bukanlah seorang pemimpin melainkan budak yang ingin memperbudak. Dan mereka akan tersingkir oleh kekuasaan mereka sendiri seiring berjalannya waktu, karena kekuasaan tidak bersifat abadi...

Semarang, Sabtu, 22 Oktober 2011
Aku berbicara sebagai orang yang memiliki pandangan tersendiri akan kepemimpian, dan sadar akan perbedaan pemimpin dan penguasa.

Abstrak chap. 1

          Kini aku sadari aku telah salah dalam tujuanku membuat blog ini. Sebuah kesalahan besar jika aku membuat blog ini karena aku ingin menjadi orang lain. Dan patut dipertanyakan "mengapa harus menjadi orang lain jika menjadi diri sendiri itu lebih imajinatif ?", yah di situlah letak kesalahanku. Harusnya aku bisa menjadi penulis baru dengan gaya bahasa serta isi tulisan yang dituangkan dengan cara maupun ide yang berbeda. Menyedihkan sekali aku ini, tapi beruntunglah aku karena masih memiliki Ayah, Ibu, Adik, Pacar, dan Team yang mengingatkan untuk kembali menjadi dirku sendiri yang imajinatif dan inovatif. Terima kasih dan rasa syukurku karena memiliki kalian, karena tanpa kalian apalah arti penulis awam seperti diriku ini yang tak memiliki pengetahuan yang cukup tentang menulis. Namun di balik itu semua aku memiliki semangat yang terus memaksaku agar aku menuangkan tulisanku pada sebuah kertas atau sebuah blog mungkin, dan baru teralokasi detik ini, menit ini, jam ini, hari ini, minggu ini, bulan ini, tahun ini, dan abad ini.

         "Kemana saja kamu dari kemarin kawan? aku menantimu selalu agar kau bisa menggunakanku sebagai sahabat yang berguna dalam menuangkan tulisanmu." Itulah kata -kata lepo (laptop kebangganku), yang merindukanku untuk menuangkan ide, emosi, nafsu dan gambaran ke dalam dirinya yang sudah tersambung dengan jaringan internet. "Sabar sahabatku, ini baru saja aku kembali" jawabku kepadanya, hahahaha... :D tak tahan aku ingin memulainya dan akupun memulainya dengan abstrak ini.

Semarang. Sabtu, 22 Oktober 2011.