Selasa, 01 November 2011

Hari Kelabu Chap. 6

        Hari ini tepat hari selasa, tepat di mana saya sedang mengikuti ujian tengah semester. Mata kuliah yang diujikan hari ini memberikan nuansa tersendiri, karena saya belum memahami semua materi yang diberikan dengan baik. Kekurangan pemahaman saya terhadap mata kuliah tertentu, terkadang menjadi senjata yang sangat kuat hingga dapat menjatuhkan hampir sebagian mental, semangat dan harapanku. Tapi saya tidak menyerah begitu saja, karena ini hanyalah setitik masalah di dalam sebuah bejana yang cukup besar. Dan sayapun menyanggupi untuk terus memahaminya dengan sisa semangat yang ada serta harapan yang kecil. Walaupun pada akhirnya saya "mengalah" pada waktu yang terbatas, dan harus menjawab seadanya tanpa tahu itu benar atau salah. Bukan pasrah atau menyerah pada keadaan, hanya kurang pemahaman yang mengharuskan saya mengalah. Lain halnya dengan kalah, karena saya tidak melarikan diri dari kewajiban serta dengan perlengkapan yang lengkap dan tepat.

        Ujianpun berakhir, dengan diakhiri wajah suram para pecinta ujian (di dalamnya termasuk saya) dan wajah kesal para pengawas ujian. Itu semua disebabkan karena pecinta ujian berusaha mengerjakannya soal mereka dengan cara bekerja sama dan gagal serta ketahuan oleh pengawas. (Walau bekerja sama itu bagus, ada kalanya bekerja sama itu difatwakan haram oleh para petinggi - petinggi kampus. Seperti saat ujian, melakukan kejahatan, dan kelakuan buruk lainnya yang suka dilakukan dengan berjamaah.) Bagi mereka para pecinta ujian, selama kesempatan itu ada dan sulit diketahui oleh pengawas tak ada salahnya untuk bekerja sama.

        Setelah semua kegiatan itu, sayapun menghubungi ayah yang rupanya sedang dalam perjalanan dengan nadanya yang sedikit sibuk. Sebentar berbicara, rasa penasaran sayapun terjawab dengan berita duka yang saya terima. Sesepuh tertua dari keluarga ibu saya sudah menutup usia. Nenek saya akhirnya dipanggil oleh Sang Maha Pencipta. Akhirnya ALLAH SWT menjawab doa saya dan keluarga untuk memberikan yang terbaik bagi nenek saya, yang telah hidup sekian lama dengan penyakitnya yang terus menggrogoti tubuhnya diusia rentanya. Firasat kelabu itu kini terjawab sudah, dan saya sekeluargapun harus ikhlas melepas serta merelakan semuanya. Dari dunia ini kami hanya bisa berharap, semoga ALLAH memberikan tempat yang layak di sisi-NYA. (Amin Ya RABB)

Selasa, 01 November 2011
Awal bulan ini menjadi saksi akan kepergianmu Mbah. Maafkan saya jika selama hidup Mbah saya sering menyusahkan. Saya selalu merindukanmu di sini, walau saya tak datang dihari pemakamanmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar